KEDUNGJATI HANG BRIDGE

10653815_893049424038643_2957194487456919381_n

Kedungjati bridge is located in Kedungmiri, Sriharjo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. This bridge connects Kedungmiri (Sriharjo) village and Kedungjati (Selopamioro) village. This bridge is commonly called yellow bridge or imogiri hanging bridge.
You need one hour to go to Kedungjati bridge from Jogja. The way to Kedungjati is twisting. You must pass an asphalt way, but 100 m before Kedungjati site, you must pass a stony way.
Before you arrive at Kedungjati bridge, you can enjoy the cool air and the beautiful panorama. The clear water and beautiful mountainside are suitable to take pictures. You will enjoy your trip to Kedungjati bridge and you will not be disapointed because the atmosphere is in a peace and the panorama is beautiful.

Fauna

Fauna Indonesia

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman floran dan fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis[1]. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang

dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia[2]. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang. Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan[3]. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar, yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan. Asal fauna Indonesia Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia[4]. Pada zaman purba, pulau Irian (New Guinea) tergabung dengan benua australia. Hughasiusilum Nama dari benua Australia 12.000.000 tahun yang lalu untuk sebagai landasan benua Australia yang akan dibentuk dari batuan yang umurnya muda yaitu kurang dari 2 juta tahun. Benua Australia membentuk superbenua yang dinamakan superbenua selatan Gondwana. Superbenua ini mulai terpecah 140 juta tahun yang lalu, dan daerah New Guinea (yang dikenal sebagai Sahul) bergerak menuju khatulistiwa. Akibatnya, hewan di New Guinea berpindah ke benua Australia dan demikian pula sebaliknya, menimbulkan berbagai macam spesies yang hidup di berbagai area hidup dalam ekosistem. Aktivitas ini terus berlanjut sampai dua daerah ini benar-benar terpisah. Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua Laurasia, yang timbul setelah pecahnya Rodinia sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk Laurentia (sekarang Amerika) dan Eurasia. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru. Pada abad ke-19, Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea)[5]. Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, di antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi (Celebes); dan di antara Bali dan Lombok.[6] Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek[6]. Paparan Sunda Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama zaman es, setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti harimau, badak, orangutan, gajah, dan leopard ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. Selat Makassar, laut antara Kalimantan dan Sulawesi, serta selat Lombok, antara Bali dan Lombok, yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda. Mamalia Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies endemik daerah ini.[7] Sebagian besar dari spesies-spesies ini terancam keberadaannya dan hampir punah. Dua spesies orangutan, Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan Sumatra) termasuk dalam daftar merah IUCN. Mamalia terkenal lain, seperti bekantan (Nasalis larvatus), badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga sangat terancam jumlah populasinya. Burung Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus). Berdasarkan data dari Burung Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife International. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009). Reptil dan Amfibia Sebanyak 449 spesies dari 125 genus reptil diperkirakan hidup di paparan Sunda. Sebanyak 249 spesies dan 24 genus di antaranya adalah endemik. Tiga famili reptil juga merupakan endemik di wilayah ini: Anomochilidae, Xenophidiidae and Lanthanotidae. Famili Lanthanotidae diwakili oleh earless monitor (Lanthanotus borneensis), kadal coklat Kalimantan yang sangat langka dan jarang ditemui. Sekitar 242 spesies amfibia dalam 41 genus hidup di daerah ini. Sebanyak 172 spesies, termasuk Caecilian dan enam genus adalah endemik. Ikan Sebanyak hampir 200 spesies baru ditemukan di daerah ini dalam sepuluh tahun terakhir. Sekitar 1000 spesies ikan diketahui hidup di dalam sungai, danau, dan rawa-rawa di paparan Sunda. Kalimantan mempunyai sekitar 430 spesies, dan sekitar 164 di antaranya diduga endemik. Sumatra memiliki 270 spesies, sebanyak 42 di antaranya endemik.[8] Ikan arwana emas (Scleropages formosus) yang cukup terkenal merupakan contoh ikan di daerah ini. Wallacea Wallacea merupakan daerah transisi biogeografis antara paparan Sunda ke arah barat, dan daerah Australasian ke arah timur. Daerah ini meliputi sekitar 338.494 km² area daratan, terbagi ke dalam banyak pulau kecil. Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara merupakan bagian dari daerah ini. Karena faktor geografinya, daerah ini terdiri dari banyak jenis hewan endemik dan spesies fauna yang unik. Mamalia Wallacea mempunyai sejumlah 223 spesies asli mamalia. Sebanyak 126 di antaranya merupakan endemik daerah ini. Sebanyak 124 spesies kelelawar bisa ditemukan di daerah ini. Sulawesi, sebagai pulau terbesar di daerah ini memiliki jumlah mamalia yang paling banyak. Sejumlah 136 spesies, 82 spesies dan seperempat genus di antaranya adalah endemik. Spesies yang luar biasa, seperti anoa (Bubalus depressicornis) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa) hidup di pulau ini. Sedikitnya tujuh spesies kera (Macaca spp.) dan lima spesies tarsius (Tarsius spp.) juga merupakan hewan khas daerah ini. Burung Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe(Loriculus catamene[9]), Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi[10]), Gagak banggai (Corvus unicolor[11]), Punggok Togian (Ninox burhani), Gosong sula (Megapodius bernsteinii), Kepudang-sungu sula (Coracina sula), dan Raja-perling sula (Basilornis galeatus). Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi (Cataponera turdoides), Sikatan matinan (Cyornis sanfordi), Julang sulawesi (Aceros cassidix) dan Kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus). Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global. Reptil dan Amfibia Dengan 222 spesies, 99 di antaranya endemik, Wallacea memiliki jenis reptil yang sangat beragam. Di antaranya adalah 118 spesies kadal yang 60 di antaranya adalah endemik; 98 spesies ular, 37 spesies di antaranya adalah endemik; lima spesies kura-kura, dua spesiesnya merupakan endemik; dan satu spesies buaya, buaya Indo-Pasifik (Crocodylus porosus). Tiga genus endemik ular yang hanya dapat ditemukan di wilayah ini: Calamorhabdium, Rabdion, dan Cyclotyphlops. Salah satu reptil yang mungkin paling terkenal di Wallacea adalah komodo (Varanus komodoensis), yang diketahui keberadaannya hanya di Pulau Komodo, Padar, Rinca, dan tepi barat Flores. Sebanyak 58 spesies amfibia khas dapat ditemukan di Wallacea. Sebanyak 32 spesies di antaranya adalah endemik. Ini menggambarkan kombinasi elemen katak daerah Indo-Melayu dan Australasia yang mempesona. Ikan Ada sekitar 310 spesies ikan tercatat dari sungai-sungai dan danau-danau Wallacea. Sebanyak 75 spesies di antaranya adalah endemik. Walaupun masih sedikit yang dapat diketahui mengenai ikan ikan dari Kepulauan Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil, 6 spesies diketahui sebagai endemik. Di pulau Sulawesi, ada 69 spesies yang diketahui, 53 di antaranya adalah endemik. Danau Malili di Sulawesi Selatan, dengan kedalamannya yang kompleks dan arusnya yang deras memiliki paling sedikit 15 jenis ikan telmatherinid endemik, dua di antaranya mewakili genus endemik, tiga endemik Oryzia, dua endemik halfbeaks, dan tujuh endemik gobie. Invertebrata Terdapat sekitar 82 spesies kupu-kupu yang ada di daerah Wallacea, 44 spesies di antaranya adalah endemik. Sejumlah 109 spesies kumbang juga terdapat di sekitar daerah wilayah ini, 79 di antaranya adalah endemik. Satu spesies yang mengagumkan dan mungkin merupakan lebah terbesar di dunia, (Chalicodoma pluto) terdapat di utara Maluku. Serangga yang hewan betinanya bisa tumbuh sampai 4 cm ini, membangun sarang secara komunal pada sarang rayap di pepohonan hutan dataran rendah. Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea. Konservasi Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi hutan tropis, pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan memengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan hewan ilegal semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau, dan beberapa spesies amfibia[5]. Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui konservasi; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.[12]. Pada tahun 2003, World Conservation Union mencatat 147 spesies mamalia, 114 burung, 91 ikan dan 2 invertebrata termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah http://id.wikipedia.org/wiki/Fauna_Indonesia

Dandelion

Cerita Kehidupan Bunga Dandelion

Benih dandelion yang masih bertahan pada batangnya, sebelum akhirnya tertiup angin. Seperti gumpalan kapas, ya? Suatu hari, Peri Flora melihat ada sesuatu yang terbang berwarna putih. Karena penasaran, ia pun menangkpanya. Hap !

Peri Flora : Kamu siapa? Mengapa kamu begitu kecil? Aku pun tak berasa menangkapmu.

Dandelion : Aku ini benih bunga Dandelion. Tubuhku memang kecil

, dan sangat ringan.

Peri Flora : Wah, kamu berani, ya, terbang sendirian..

Dandelion : Ah.. terbang bagiku sudah biasa, Peri. Hembusan angin bisa membawaku ke mana saja mereka mau. Tubuhku terlalu kecil untuk melawan angin.

Peri Flora : O, lalu di mana bungamu? Dandelion :Mari kutunjukkan di mana bungaku. Akan kuperlihatkan juga teman-temanku. Mereka semua masih bertahan, sebelum akhirnya tertiup angin. Akhirnya, Peri Flora pun diajak untuk melihat bunga Dandelion sesungguhnya… dandelion tertiup angin satu per satu benih dandelion pun terbang bersama angin..

Peri Flora : Wah… indah sekali. Seperti bola-bola kapas, yah! Dandelion : Eits, itu bukan bunga Dandelion, Peri. Yang seperti bola kapas itu hanya benih Dandelion, seperti aku ini!Kalau bunga kami, berwarna kuning. Peri Flora : Memangnya kamu berasal dari mana, sih ?

Dandelion : Aku berasal dari Asia dan Eropa. Namun karena penyebaran benih Dandelion melalui angin, jadi sekarang kami sudah ada di mana-mana. Kami juga suka dibilang tumbuhan liar. Karena, di mana benih Dandelion jatuh dan mengering, di situlah akan tumbuh bunga Dandelion.

Peri Flora : O iya, katanya bunga Dandelion bisa mengajarkan arti kehidupan, yah? Bagaimana ceritanya ? bunga dandelion Inilah bunga dandelion sebenarnya. Warnanya kuning cerah. Indah, ya?

Dandelion : Sebenarnya bukan bunga Dandelion, tetapi benihnya. Lihatlah kami. Meskipun kami kecil, tetapi kami berani untuk terbang tinggi dan membawa kehidupan baru di tempat lain. Begitu pun manusia. Jangan suka berkecil hati. Tetapi harus berani menghadapi segala rintangan.

Peri Flora : Wah, bunga Dandelion memang hebat!

http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Cerita-Kehidupan-Bunga-Dandelion

Sistem Ekskresi pada Manusia: Organ Hati

Sistem Ekskresi pada Manusia: Organ Hati

Hati merupakan organ bagian dalam manusia yang berukuran paling besar. Organ ini mempunyai berat sekitar 1,5 kg atau sekitar 3–5% dari berat badan. Hati berada di bagian atas sebelah kanan abdomen dan di bawah tulang rusuk. Hati mempunyai keunikan di antaranya dapat memperbarui atau menumbuhkan kembali sel-sel yang sudah rusak akibat terluka atau penyakit. Namun, jika hati mengalami kerusakan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan hati sehingga sel-selnya tidak dapat diperbarui lagi.

anatomi-hepar

Gambar: Anatomi hepar/ hati manusia sebagai organ sistem

ekskresi

a. Fungsi Hati

1) Tempat untuk Menyimpan Energi

Hati menyimpan energi dalam bentuk glikogen. Glikogen dibentuk dari suatu jenis zat gula yang disebut glukosa. Ketika kadar gula dalam darah tinggi, hati mengkombinasi molekulmolekul glukosa yang tersusun dalam rantai panjang menjadi glikogen melalui proses glikogenesis. Ketika kadar glukosa dalam darah lebih rendah dari kebutuhan tubuh, hati mengubah glikogen menjadi glukosa.

2) Menyimpan Vitamin-Vitamin

Hati mengambil vitamin dari aliran darah yang diangkut oleh pembuluh portal hepatik. Hati kemudian mengumpulkan dan menyimpan persediaan vitamin A, D, E, dan K. Vitamin ini dapat disimpan hingga dua sampai empat tahun.

3) Sebagai Pabrik Kimia Tubuh

Beberapa protein penting yang ditemukan di dalam darah dihasilkan oleh hati. Salah satu jenis protein tersebut yaitu albumin. Albumin berfungsi membantu ketersediaan kalsium dan unsur-unsur penting lain dalam aliran darah. Albumin juga membantu pergerakan air dari aliran darah ke jaringan tubuh. Selain albumin, hati juga memproduksi globin. Globin turut membentuk hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen dalam sel darah merah.

Jenis protein lain yang ditemukan dalam hati yaitu globulin. Globulin yaitu sekelompok protein yang di dalamnya terdapat antibodi. Globulin berperan dalam sistem kekebalan tubuh yang bekerja sama dengan antibodi melawan mikroorganisme yang menyerang tubuh. Selain itu, globulin juga merupakan komponen kunci dari membran sel yang mengangkut lemak dalam aliran darah ke dalam jaringan tubuh. Zat kimia lain yang dihasilkan oleh hati yaitu fibrinogen dan

protrombin. Zat kimia ini membantu menyembuhkan luka dan membantu darah membentuk zat pembeku dan kolesterol.

4) Pembersih atau Detoksifikasi

Hati membantu membersihkan zat-zat racu

n, seperti obat dan alkohol dari aliran darah. Hati melakukannya dengan cara menyerap zat-zat berbahaya tersebut lalu menetralkannya menggunakan cairan empedu.

5) Memproduksi Cairan Empedu

Selain berperan dalam sistem pencernaan, hati berperan dalam sistem ekskresi. Fungsi hati dalam sistem ekskresi yaitu mengekskresikan cairan empedu secara terus-menerus. Setiap harinya, hati mampu mengekskresikan cairan empedu 800–1.000 ml. Cairan empedu mengandung air, asam empedu, garam empedu, kolesterol, fosfolipid (lesitin), zat warna empedu (pigmen bilirubin, dan biliverdin), serta beberapa ion.

Cairan empedu berperan mencerna dan mengelmusikan lemak dalam usus, mengaktifkan lipase, mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air, serta membentuk urea dan amonia. Cairan empedu berasal dari penghancuran hemoglobin dari eritrosit yang telah tua. Hemoglobin ini akan diuraikan menjadi hemin, zat besi, dan globin. Zat besi dan globin akan disimpan di dalam hati kemudian dikirim ke sumsum tulang merah. Zat-zat tersebut digunakan dalam pembentukan antibodi atau hemoglobin baru. Sementara itu, hemin akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin.

Bilirubin dan biliverdin ini merupakan zat warna bagi empedu dan mengandung warna hijaubiru. Zat warna tersebut di dalam usus akan mengalami oksidasi menjadi urobilin. Urobilin kemudian diekresikan dari dalam tubuh dan memberi warna kekuningan pada feses dan urine.

b. Struktur HatiHati terdiri atas dua lobus utama, yaitu lobus kiri dan kanan, dengan posisi sedikit saling menindih. Lobus kanan memiliki dua lobus yang salah satunya berukuran lebih kecil. Setiap lobus terdiri dari banyak lobulus. Lobulus merupakan unsur terkecil yang menyusun hati. Struktur lobulus berbentuk persegi enam, dengan panjang kurang lebih 1 mm.

image

Gambar: Struktur Hati, sumber: New Understanding Biology, Glenn and Susan Toole

Bagian luar hati dilindungi oleh kapsula hepatika. Dalam jaringan hati terdapat beberapa pembuluh darah, yaitu arteri hepatika dan vena portal hepatika. Arteri hepatika mengangkut 30% darah dari jumlah total darah di hati. Darah ini berasal dari percabangan aorta sehingga darah yang diangkut merupakan darah yang mengandung banyak oksigen. Sementara itu, vena porta hepatika mengangkut 70% dari jumlah total darah yang ada di hati. Darah ini mengangkut

sari-sari makanan dari usus halus.

Pembuluh yang mengangkut darah keluar dari hati yaitu vena hepatika. Pertemuan antara pembuluh arteri hepatika dan vena porta hepatika membentuk sinusoid. Pada sinusoid terjadi spesialisasi sel yang membentuk sel kupffer. Sel ini bertugas memfagositosis organisme asing atau zat-zat berbahaya. Dari fagositosis ini akan menghasilkan bilirubin. Bilirubin ini kemudian diekskresikan oleh kanalikuli dalam wujud empedu. Jaringan hati tersusun oleh sel-sel hepatosit. Antarlapisan hepatosit dipisahkan oleh lakuna, sedangkan antara hepatosit satu dengan hepatosit yang lain dipisahkan oleh kanalikuli.

Origami Ikan

Belajar Membuat Origami Ikan Salah satu metode atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyenangkan dan mengajarkan anak tentang dunia hewan adalah dengan mengajaknya membuat origami hewan 18 September 2013 Beri Komentar Keluarga, Tumbuh Kembang Anak membuat origami ikanSudahkah Anda mulai mengenalkan anak dengan berbagai nama-nama, bentuk, ukuran serta suara binatang? Mengenalkan berbagai nama binatang, beserta ukuran, bentuk dan suaranya sangat penting dilakukan karena sebagai salah satu upaya membangun tumbuh kembang anak. Salah satu metode atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyenangkan dan mengajarkan anak tentang dunia hewan adalah dengan mengajaknya membuat origami hewan. Untuk tahap awal, ajaklah membuat bentuk binatang yang sering anak temui, misalnya ikan. Membuat origami ikan sangat sederhana, dan hanya membutuhkan enam langkah dalam membuatnya. Sebelum membuat origami bentuk ikan ini, siapkan terlebih dulu peralatan yang dibutuhkan, yaitu kertas lipat warna-warni berbentuk persegi, dan spidol warna. Nah, berikut ini kita masuk pada cara pembuatan origami Ikan: Siapkan kertas persegi, lipat kertas ke atas secara diagonal sehingga membentuk sebuah segitiga. Buka lipatan segitiga, maka akan terlihat garis bekas lipatan. Lalu, lipat sedikit ujung kiri ke arah dalam. Kemudian, lipat kembali ke arah atas. Ambil ujung atasnya, lalu lipat ke bawah tepat hingga bawah kertas. Terakhir, lipat ujung bagian kanan ke atas hingga membentuk ekor ikan. Jangan lupa pula tambahkan gambar mata dan mulutnya menggunakan spidol! Jadilah origami binatang berbentuk ikan, mudah bukan? Selamat mencoba dengan anak Anda. http://pondokibu.com/belajar-membuat-origami-ikan.html